Senin, 25 Agustus 2014

Kejantanan Para Lelaki Ditantang Oleh Sperma Buatan Amerika


Selama ini, secara tradisional kejantanan seorang lelaki diukur dan diindikasikan dengan kemampuannya untuk menghasilkan keturunan ( anak ). 
Segagah apapun seorang laki-laki, jika tidak bisa mempunyai keturunan, maka ia akan dianggap tidak jantan. Mandul, tidak berisi. 

Itulah sebabnya, ketika seorang lelaki tidak memiliki kemampuan jantan seperti ini, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa memulihkan dan atau memperoleh kejantanannya. 
Entah itu melalui jamu-jamu, obat-obatan, pijat, pengobatan alternatif dan atau terapi medis lainnya. 

Hal ini juga berlaku untuk kaum wanita. 
Masalahnya adalah, “kejantanan” seorang lelaki atau “keibuan” seorang wanita ( baca : kemampuan untuk menghasilkan keturunan ) selalu berhubungan dengan masalah sperma
Artinya, sperma dengan tingkat kesehatan dan kualitas yang terbaiklah yang mampu menghasilkan keturunan ( embrio - anak ). 

sperma buatan amerikaMasalahnya adalah, pada kenyataannya, tidak semua laki-laki ( atau wanita ) memiliki kondisi sperma yang seperti ini. 
Sehingga pada akhirnya – apapun usaha yang telah dilakukannya – tetap tidak bisa memiliki keturunan alias mandul. 
Ketidaksuburan atau infertilitas adalah masalah umum yang dialami oleh 15% pasangan usia produktif di seluruh dunia. 

Menjawab “ tantangan “ ini – memberikan solusi bagi yang diputuskan memang mandul – para Ilmuan Amerika mengatakan akan meningkatkan upaya-upaya untuk menciptakan sebuah sperma buatan. Pernyataan ini diberikan, menyusul keberhasilan satu tim peneliti di Jepang yang berhasil melakukan hal serupa pada hewan percobaan tikus. 

Tim dari Universitas Kyoto telah menggunakan sel punca tikus untuk membuat sel telur, dan kemudian dibuahi untuk memproduksi bayi tikus. 
Niat untuk membuat sperma manusia untuk bisa digunakan reproduksi dalam dua tahun lagi, dan sel telur dalam lima tahun mendatang disampaikan oleh Dr Renee Pera, dari Universitas Stanford di California. 
"Saya tahu orang berpikir hal ini merupakan semacam obat Frankenstein, tetapi saya pikir masalah ini bukan sesuatu yang dibuat-buat atau membaik, infertilitas berdampak pada seluruh hidup anda," kata Dr Pera. "Berhubungan badan dan memiliki bayi adalah keputusan yang super sederhana, tetapi tidak semua orang dapat melakukannya." 

Masalahnya adalah teknologi yang direncanakan dikembangkan ini termasuk kontroversial. 
Sebab untuk menggunakan sel punca embrionik untuk riset, seperti yang dilakukan di laboratorium Dr Pera di Institut Biologi Sel Punca dan Obat Regenerasi, embrio tersebut harus dihancurkan terlebih dahulu. Laboratorium Dr. Pera menggunakan sisa embrio dari pembuahan di luar kandungan. 

Dr Pera mengatakan ada sekitar satu juta atau 1,5 juta embrio yang dibuat tiap tahun di Amerika dari pembuahan di luar kandungan, dan sekitar 500 ribu embrio itu dibuang. 
Lima ratus embrio sisa kemudian digunakan untuk riset. Sel punca memiliki potensi untuk tumbuh menjadi sel apa saja di dalam tubuh. 
Menciptakan telur di laboratorium dapat menjadi sesuatu yang populer seperti proses pembuahan di luar kandungan saat ini. 

Sedangkan studi di Jepang menandai pertama kalinya seekor mamalia diciptakan dari sel punca. 
Hal itu disebut sebagai Cawan Suci riset sel punca reproduksi. 
Para peneliti di Universitas Kyoto mengatakan mereka telah mendemonstrasikan bagaimana cara menumbuhkan sel telur dan sperma di laboratorium serta memadukannya untuk memproduksi keturunan yang sehat. 

Simak juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar