Selasa, 01 Oktober 2013

Inilah Ramalan Jayabaya Tentang Wanita


Jika seandainya Kartini berumur panjang dan masih hidup saat ini, entah bagaimana tanggapannya, merasa gembira dan bangga atau justru sedih meratapi melihat kondisi kaum wanita yang diperjuangkannya selama hidupnya. 

Selama hidup, Kartini mengangankan dan becita-cita agar kaum wanita tidak hanya sekedar menjadi “ konco wingking”, yang melulu berkutat pada urusan “ dapur, pupur lan kasur “ ( dapur, bersolek dan urusan ranjang ), tidak hanya menjadi “obyek”, tetapi juga sebagai subyek.
Mengaktualisasi diri dan ikut mengambil andil dalam roda kehidupan sehari-hari dengan tetap menetapi kodratnya sebagai wanita. ( Jika mau mencermati, pada surat-suratnya, Kartini tidak pernah menggunakan “ persamaan hak” ataupun kata “emansipasi” ). 

Kartini menginginkan wanita maju yang utuh dengan kodrat ke-wanitannya. Tapi saat ini “kemajuan wanita” bisa jadi sudah jauh melampaui apa yang diangankan dan dicitakan Kartini, yang mungkin akan terkejut jika melihatnya. 

Hanya saja, Kartini mungkin tidak perlu terkejut seandainya semasa hidupnya sempat membuka dan menelaah salah satu khabar kuno dari tanah Jawa, Jangka Jayabaya, atau yang sekarang lebih dikenal dengan Ramalan Jayabaya

Jayabaya merupakan seorang Prabu, raja terbesar dari kerajaan Kadiri yang memerintah pada tahun 1135-1157. Ia juga dikenal sebagai pemersatu dan pujangga besar, yang “Jangka” nya ( saat ini dianggap sebagai ramalan ) dapat disejajarkan dengan Nostradamus sekalipun. 

Dalam “Jangka Jayabaya” beliau menggambarkan kondisi dan keadaan tanah Jawa di masa mendatang, sehingga pada akhirnya dianggap sebagai masa depan Nusantara (Indonesia). 
Jika anda tertarik untuk melihat betapa detil dan tepatnya ramalan Jayabaya ini dalam menggambarkan Indonesia, dapat dilihat disini : Mengenal Ramalan Jayabaya, Mengintip Masa Depan Indonesia 

Di dalamnya terdapat gambaran detil tentang kondisi masyarakat, pemerintahan, perekonomian, sosial budaya, ahlak hingga kondisi wanita. Dalam jangka ( ramalan ) Jayabaya jelas digambarkan kondisi wanita, yang makin hari makin tidak karuan moral dan ahlaknya, tergerus dengan apa yang disebutnya dengan Jaman Edan. 

Tentang wanita, dalam jangkanya ( ramalannya ) Jayabaya menggambarkan : 

● Wong wadon nganggo pakeyan lanang ( Orang perempuan berpakaian lelaki ) 
• Wong wadon ilang kawirangane ( perempuan hilang malu). 
• Wong lanang ilang kaprawirane ( Laki-laki hilang perwira/kejantanan) 
• Akeh wong lanang ora duwe bojo ( Banyak laki-laki tak mau beristri) 
● Akeh wong wadon ora setya marang bojone ( Banyak perempuan ingkar pada suami). 
• Akeh ibu padha ngedol anake ( Banyak ibu menjual anak) 
● Akeh wong wadon ngedol awake ( Banyak perempuan menjual diri). 
● Akeh wong ijol bebojo ( Banyak orang tukar istri/suami) 
● Wong wadon nunggang jaran (Perempuan menunggang kuda). 
● Wong lanang linggih plangki ( Laki-laki naik tandu). 
● Randha seuang loro ( Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen). 
● Prawan seaga lima ( Lima perawan lima picis) 
• Akeh prawan tuwa ( Banyak perawan tua). 
• Akeh randha nglairake anak ( Banyak janda melahirkan bayi). 
• Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne ( Banyak anak lahir mencari bapaknya) 
• Wong wadon lacur ing ngendi-endi ( Perempuan lacur dimana-mana). 

Yang jika dicermati, kondisi dan keadaan itu memang telah, sedang dan terus terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar